Hati yang lapang membuat tubuh sehat.
Bagaimana definisi hati yang lapang?
Mungkin dengan ilustrasi ini bisa memudahkan pemahaman.
Dalam perjalanan menuju ke MAKIN Pabuaran Bogor dari arah Sunter, begitu masuk tol sudah berhadapan dengan antrian panjang mobil dan truk. Macet...
Berharap macetnya gak parah.
Ternyata harapan tidak seindah impian
Mobil berjalan dengan kecepatan siput yang sudah terbiasa latihan sprint, dua jam mobil baru bergerak beberapa kilometer, masih jauh dari tujuan.
Rasa jengkel menghadapi kenyataan macet karena sudah berjanji bertemu para BK di sana, bertambah dengan ketidaknyamanan karena menahan pip*s, yang mulanya terasa samar, kian lama kian bertambah gencar.
Jalan merayap pelan, rest area tidak tersedia, perasaan menahan pip*s semakin menyiksa.
Rasa jengkel menghadapi kenyataan macet karena sudah berjanji bertemu para BK di sana, bertambah dengan ketidaknyamanan karena menahan pip*s, yang mulanya terasa samar, kian lama kian bertambah gencar.
Jalan merayap pelan, rest area tidak tersedia, perasaan menahan pip*s semakin menyiksa.
Tidak ada pilihan lain, exit pintu tol mana pun harus terpaksa dilakukan.
Melihat papan exit pintu tol, perasaan semakin tak tertahankan.
Melihat papan exit pintu tol, perasaan semakin tak tertahankan.
Begitu melihat Al*amart, tak panjang pikir mobil langsung diparkir.
Ketika hajat tersalurkan ada perasaan yang susah dijelaskan.
Lega? Bahagia? Apapun itu yang ada adalah hati yang lapang dari segala rasa.
Susah menjelaskannya dengan kata-kata, tapi anda pasti mengalaminya.
Mau sehat?
Mau sehat?
Lapangkanlah hati dari semua rasa, bukan mematikannya, bukan meniadakannya.
Seberapa lapang? Selapangan basket? Selapangan sepak bola?
Cukup sebesar TOILET di mana hajat dibuang pada tempatnya. //