Juli 22, 2019
Sambil menunggu jadwal pesawat pukul 11.00 dan waktu baru menunjukan pukul 09.00, saya berusaha melawan kantuk—karena kurang nyenyaknya tidur di kereta yang bertolak dari Purwokerto pukul 00.30 dini hari. Dilanjut perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta yang jika ditempuh normal dalam durasi satu jam, di suasana sejuk ruang tunggu bandara karena AC berfungsi baik, terlintas pikiran yang menarik untuk dituangkan dalam kata-kata.
So, ini yang saya pikirkan...
Mungkin gak ya, ada sebuah perusahaan yang tanpa aturan sama sekali, tapi bisa berjalan normal?
Maksud lu?
Gini loh... Perusahaan kan biasanya penuh dengan seabrek aturan kerja, aturan organisasi, SOP, tata tertib, atau apalah namanya yang kalian tau. Yang semua itu punya satu tujuan, yaitu agar karyawan dapat bekerja baik dan optimal serta maksimal produktivitasnya. Nah, saya tanya, bisa gak perusahaan berjalan tanpa ada aturan tertulis seperti yang saya sebutkan tadi?
Maksudnya?
Hadeh... Emang ini pikiran gila sih, saya sadar kalau dirimu jadi kurang paham dengan ide pikirku, karena emang gak lazim, baca baik-baik deh.
Ada perusahaan yang gak punya aturan sama sekali, karyawan bebas sebebas-bebasnya.
Gak ada aturan jam kerjanya? Ya, gak ada. Bebas aja.
Masuk telat boleh? Boleh, bebas aja, terserah lu dah.
Pulang awal boleh? Boleh.
Masuk telat trus pulang awal? Bebas terserah kamu saja.
Hmmm. Bolos kerja, diomelin gak? Gak lah. Bebas kok. Mau ngantor atau kagak gak dipermasalahin.
Ke kantor tapi gak ngapa ngapain? Gak masalah. Jalanin aja.
Target gak tercapai gimana? Ya gak apa-apa, karena perusahaan ini kagak pakai target-targetan.
Wah, mulai asek nih, gue demen kalo ada perusahaan kayak itu. Girang banget ya jadi karyawannya. Ya, silahkan.
Tapi, apa enak ya sama karyawan lain kalo gue begitu? Nah..itu masalah hati lu gmana? Lu malu kagak? Kalo urat kemaluan lu putus ya udah ngapain malu.
Nah trus gajian gue gimana? Ya terserah lu mau gajian berapa juga. Kalo lu rajin masuk, kagak pernah telat, presensi bagus, produktivitas oke, pastilah gaji memuaskan.
Tapi gue kan sering bolos, telat, pulang awal, gajian gue kurang donk? Boleh kagak gaji gue tetep gede. Emang lu pikir ini perusahaan nenek moyang lu? Ya kagak ada lah hal kaya gitu.
Lah, pan katanya kagak aturan nya ini perusahaan? Ya memang bener, kagak ada aturannya. Berarti juga kagak ada aturan lu bisa terima gaji gede kalo males-malesan kan? Oh iya ya...
Tapi ini semua hanya kibulan lu kan? Gak ada kan yang kaya gitu? Yang mbolehin semau mau kita? Ada.
Di mana? Di dunia yang sedang kita jalani ini. Lu mau ngapain Tuhan juga kagak ngelarang. Mau jadi orang baik, silahkan. Mau jadi orang jahat Tuhan tidak ngelarang. Mau jadi pelit ya hak lu, mau jadi dermawan Tuhan tidak suruh. Mau rajin Tuhan kagak urusan, mau malas Tuhan tidak murka.
Oh iya yah, apa yang kita dapat sekarang adalah hasil dari apa yang sudah kita lakukan, dan apa yang kita lakukan sekarang, akan menjadi buah yang kita unduh nantinya. Bagaimana melakukannya, semau-mau lu dah... Tapi ingat lu juga yang akan menuai hasilnya.
Udah ah, pikirku, gue mau boarding dulu. Sudah ada panggilan. //
Juli 17, 2019
Bertindaklah Sesuai Posisi
"Beda sama tahun lalu, tahun lalu gak kayak gini, sekolah langsung menetapkan jumlahnya," ujar salah satu orang tua murid berkomentar.
Perubahan ini memancing banyak reaksi. Orang tua murid baru berjumlah 844 berkumpul membahas masalah ini sebelum inti acara pengarahan dari kepala sekolah dimulai. Suasana bising seperti sekawanan lebah yang digusur sarangnya.
"Wah! Ini gampang, kita tulis pendapatan minimal saja, jadi kena sumbangannya sedikit," menurut salah satu ibu dengan dandanan menornya berkomentar, seolah mengajari kita untuk mengikuti pemikirannya. "Kan sekolah tidak bisa mencari tau sebenar-benarnya pendapatan kita," imbuhnya menyakinkan orang tua lain yang kelihatan bimbang.
Perubahan ini memancing banyak reaksi. Orang tua murid baru berjumlah 844 berkumpul membahas masalah ini sebelum inti acara pengarahan dari kepala sekolah dimulai. Suasana bising seperti sekawanan lebah yang digusur sarangnya.
"Wah! Ini gampang, kita tulis pendapatan minimal saja, jadi kena sumbangannya sedikit," menurut salah satu ibu dengan dandanan menornya berkomentar, seolah mengajari kita untuk mengikuti pemikirannya. "Kan sekolah tidak bisa mencari tau sebenar-benarnya pendapatan kita," imbuhnya menyakinkan orang tua lain yang kelihatan bimbang.
Kutatap sekali lagi lembar itu. Posisi pendapatanku ada pada tabel paling tinggi. Artinya aku harus menganggarkan sumbangan pada nilai tertinggi pula.
Benar juga apa kata ibu itu, aku bisa saja memanipulasi pendapatan. Tinggal minta struk gaji aspal (asli tapi palsu) dari salah satu klien. Beres. Pasti klien mau bantu mengingat hubungan baik selama ini. Lumayan menghemat sumbangan. Selisihnya bisa buat biaya yang lain. Lagian isian ini tidak punya daya paksa, karena anakku sudah dinyatakan diterima sebagai siswa baru, bahkan sudah mengikuti kegiatan Pengenalan Lingkungan Sekolah. Gak mungkin dikeluarkan gara gara jumlah sumbangan ini. Aman...
Eitts... Eitts...
Tiba tiba ada suara lain dalam diriku. Suara yang halus tapi jelas terdengar. Nuraniku bicara memberi pertimbangan atas akalku. Kusadari pemikiranku yang tadi adalah hasil dari akalku yang digerakan oleh nafsu (jing). Dengan kesadaranku sebagai hasil dari pembelajaran agama, kini Nuraniku yang merupakan hasil dari Watak Sejati (Xing) kini andil bicara menyeimbangi hasil olah akalku.
Suara Nuraniku mengingatkan pada Ajaran Zhong Yong : "Seorang susilawan berbuat sesuai dengan kedudukannya, ia tidak ingin berbuat luar dari padanya."
Suara Nuraniku mengingatkan pada Ajaran Zhong Yong : "Seorang susilawan berbuat sesuai dengan kedudukannya, ia tidak ingin berbuat luar dari padanya."
Jleb banget di hati...
Dengan lapang dada aku tandatangani formulir isian sesuai dengan posisiku berkaitan dengan pendapatan. Akalku tak meronta, kalah telak dengan nuraniku.
Dengan lapang dada aku tandatangani formulir isian sesuai dengan posisiku berkaitan dengan pendapatan. Akalku tak meronta, kalah telak dengan nuraniku.
Mungkin inilah yang dinamai bimbingan Agama. //